TERIMA KASIH ANDA SUDAH BERKUNJUNG DI BLOG INI, SAYA BERHARAP BLOG INI DAPAT BERGUNA BAGI KITA SEMUA. AMIN.

Selasa, 30 Juni 2009

Emosi tanpa teriak

Musik yang memiliki idealisme tidak selalu memiliki karakter rumit dan sulit dicerna. The Morning After (TMA) contohnya. Band tersebut memang mengusung lagu dengan tipikal tidak umum. Namun, bukan berarti materinya tidak berkualitas.

TMA berdiri pada 2001. Band asal Malang itu beranggota Akhmad Sya`ban (basis), Bambang Iswanto (vokal), Onny Maretino (drum), dan Pramudya Ananta (gitaris ). Musik band itu sangat ter-influence band rock alternatif seperti The Smashing Pumpkins, Goo Goo Goo Dolls, atau Duncan Sheik.

Terinspirasi bukan berarti menjiplak. Hal tersebut dibuktikan dengan membawakan lagu sendiri sejak kali pertama manggung. Materi-materi ciptaan sendiri itu pula yang kemudian dikemas menjadi album perdana, Another Day Like Today. Rilisan pertama itu berisi sepuluh track. Dengan rincian, dua materi baru dan delapan lagu yang pernah dibawakan ketika manggung.

“Musiknya variatif. Dari yang berisik hingga akustikan. Namun, tetap terdengar TMA banget yang bikin enjoy,” jelas Bambang, sang vokalis. Album itu diproduseri Agus Sasongko dari label Lil’Fish Records. Pembuatan album tersebut butuh banyak pengorbanan. Mereka harus bolak-balik Jakarta-Malang karena seluruh proses produksinya ada di Jakarta.

Untuk lirik, band yang pernah mengikuti festival Indiefest itu terdengar ringan. Tapi, bisa berarti dalam kalau memaknainya. Semisal, single #1. Lagu itu dibuat berdasar kenyataan bahwa anak muda tidak pernah puas. Terutama untuk berkarya dan selalu meraih nomor satu.

Lirik unik lain adalah hal-hal yang jarang sekali dibahas. Semisal, Monosyllabic Girl yang mengungkap rasa ingin tahu. Isinya tentang apa sih yang ada di pikiran cewek pendiam? Atau, single andalan mereka Dengar dan Diam yang disebut-sebut sebagai lagu paling absurd.

“Mau mengartikan apa saja bisa. Kalau aku, itu lagu tentang orang yang mendengar sesuatu. Merenungkan diri dan apa yang harus dilakukan. Namun, tak pernah mengeksekusi rencana itu. Jadi sama aja bohong,” ujar Sya`ban, sang basis.

Dengan album tersebut, TMA bisa berbuat lebih banyak. Album pertama itu sekaligus menjadi bukti bahwa letak geografis tak ada artinya kalau mau berusaha. “Jangan pernah merasa kalau dari kota kecil lalu sulit berkembang. Buat teman-teman indie yang lain, sudah saatnya kita jemput bola,” ujarnya.
Sumber : http://jawapos.co.id/deteksi/index.php?act=detail&nid=41457

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

atau pilih code animasi berikut;